Sabtu, 16 Oktober 2010

Sirup Rosella Ungu sebagai Inovasi Pangan Fungsional bagi Perokok Melalui Pengujian MDA dan Sel Radang Mukosa Trakea pada Kondisi Terpapar Asap Rokok

Sangat ironis memang, banyak masyarakat yang tidak menyadari akan dampak negatif rokok. Padahal bahaya-bahaya tersebut sudah tercantum dalam bungkus rokok bahwasanya merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Dampak tersebut berhubungan dengan adanya kandungan radikal bebas dalam asap rokok seperti NO, CO, NOx, H2­O2, aldehid, trace elements dan nitroso compounds (Valvanidis, et al, 2001).
Merokok merupakan hal yang tidak asing dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2005) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya persentase penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi (dibakar) pada tahun 2002 setelah Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok pada masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya asumsi bahwa merokok dapat menghilangkan stress, menambah rasa percaya diri, sebagai simbol kejantanan serta untuk mencari inspirasi. Adanya anggapan seperti itu dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak negatif rokok.
Menghilangkan kebiasaan merokok bukanlah hal yang mudah, perlu dilakukan secara bertahap. Yang paling penting diantaranya yaitu perlunya kesadaran dari individu untuk berhenti merokok. Sehingga sementara ini perlu adanya inovasi untuk mengembangkan suatu produk yang dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok. Alternatifnya yaitu pemanfaatan rosella ungu dalam bentuk produk sirup. Hal ini dikarenakan rosella ungu mempunyai kandungan antioksidan yang lebih tinggi daripada rosella merah. Selain itu, sirup merupakan produk pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk minuman segar.
Kelopak rosella ungu mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi. Antosianin dari Hibiscus sabdariffa (Malvaceae) telah digunakan secara efektif pada obat kedokteran untuk melawan hipertensi, dan gangguan hati. Dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman ringan, yang mengandung pigmen Hibiscus dimana pada dosis rendah (50 mg/kg) menunjukkan aktifitas antioksidan pada sebuah studi (Vargas and Lopez, 2003). Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas dengan menerima atau mendonorkan sebuah elektron untuk menghasilkan molekul yang lebih stabil (berpasangan). Seperti yang diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas dan oksidan dalam konsentrasi tinggi (Park, 1998). Radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok adalah radikal bebas oksigen dan karbon. Walaupun kebanyakan radikal bebas tersebut berumur pendek namun nitrit oksida dan radikal quinones dapat mencapai paru (Subandi, 1999).
Pemberian minyak jelantah dengan bilangan peroksida 118 mek/kg pada kontrol positif (minyak jelantah 1 ml) menghasilkan nilai MDA paling tinggi, yaitu konsentrasi 0,285 mg/ml. Pada perlakuan normal konsentrasinya 0,1 mg/ml. Ini menunjukkan bahwa antioksidan yang ada di dalam hewan coba tidak mencukupi untuk menangkal radikal bebas pada perlakuan kontrol positif. Perlakuan pemberian effervescent 2700mg/12 ml + minyak jelantah 1 ml menunjukkan aktivitas antioksidan terbaik, menghasilkan nilai MDA yang rendah dengan konsentrasi 0,06 mg/ml (Ulilalbab, 2010). Dari hasil penelitian ini, antioksidan pada rosella ungu terbukti efektif menangkal radikal bebas yang bersumber dari minyak jelantah, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut apakah antioksidan pada rosella ungu dapat menangkal radikal bebas yang bersumber dari paparan asap rokok.
Oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi pangan fungsional bagi perokok yaitu pembuatan sirup rosella ungu serta pengujian aktivitas antioksidan dan persentase kerusakan sel radang mukosa trakea secara in vivo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keanekaragaman sediaan sirup, sehingga menjadi pangan fungsional kaya antioksidan bagi perokok.

Daftar Pustaka :

Park, EM., et al. 1998. Oxidative Damaged Tissue of Rats Exposed to Cigarette Smoke. Free RadicalsBiology Medicine

Subandi, 1999. Efek Antioksidan (Vit. C) Terhadap JumlahFungsi Makrofag Alveoli serta Kadar SOD Jaringan Paru Tikus yang Dipapar denganAsap Rokok Kronis (Thesis). Malang : Universitas Brawijaya.

Ulilalbab, A. 2010. Aktivitas Antioksidan Tablet Effervescent Rosella Ungu Sebagai Suplement Penghambat Laju Peroksidasi Melalui Pengujian In Vivo. PKM-P. Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Brawijaya. Malang

Valvanidis A, et al. 2001. A Comparative Study by Electron Paramagnetic Resonance of Free Radicals Species in The Main Steam and Side Stream Smoke of Cigarettes with Conventional Aceate Filters and Biofilters. England : Medline Journal

Vargaz, F. D. and Lopez, O.P., 2003. Natural Colorants for Food and Nutraceutial Uses. CRC Press. USA

1 komentar:

  1. Perokok Aktif mempunyai resiko yang hampir sama dengan perokok pasif.
    Menurut saya pribadi, perokok pasif (yang intensitas waktu paparannya sama dengan intensitas perokok aktif menghisap rokok) mempunyai resiko yang lebih besar. Hal ini disebabkan asap rokok cenderung lebih banyak dihisap perokok pasif.

    PEROKOK AKTIF maupun PASIF mempunyai risiko tinggi, terpapar 4.000 jenis zat kimia beracun, di antaranya nikotin, karbon monoksida, tar, hidrogen sianida, dan bahan radioaktif polonium.

    Sebagai masukan, sebaiknya perokok pasif mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Dimana vitamin C dapat bertindak sebagai antioksidan penangkal radikal bebas dari rokok...

    BalasHapus